SULUT MINTA SUBSIDI KHUSUS TRANSPORTASI BBM BAGI PULAU TERLUAR NKRI
Propinsi Sulawesi Utara (Sulut) meminta adanya subsidi khusus bagi transportasi BBM ke pulau-pulau terluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dimaksudkan agar masyarakat di wilayah tersebut dapat menikmati harga BBM yang sama dengan masyarakat lainnya. Karena harga BBM disana jauh lebih tinggi.
Sulut juga meminta penetapan quota minyak tanah, khususnya agar dipertimbangkan adanya quota khusus dalam memenuhi kebutuhan alat transportasi laut antar pulau. Karena wilayah timur Indonesia sebagian besar adalah wilayah perairan.
Permintaan tersebut disampaikan Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (Kadin ESDM) Sulut Johny S. Lolong saat Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR ke Propinsi Sulut (Tim Kunker) yang dipimpin Teuku Riefky Harsya diterima Wakil Gubernur Sulut Djouhari Kansil di Aula Kantor Gubernur, Manado, beberapa hari lalu.
Menjawab permintaan tersebut, Anggota Komite BPH Migas Ibrahim Hasyim yang mendampingi Tim Kunker Komisi VII DPR menyatakan bahwa pada waktu lalu distribusi BBM untuk daerah-daerah terpencil masih dilakukan oleh pihak swasta.
“Tetapi sekarang sudah ada kesepakatan antara DPR dengan Pemerintah bahwa penyalur-penyalur yang berada di daerah terpencil seperti APMS (Agen Premium Minyak Solar) harus sudah memberlakukan harga pemerintah,” tegas Ibrahim.
Ibrahim menginformasikan bahwa pengangkutan BBM dilakukan oleh swasta, pemerintah telah mensyaratkan salah satunya memenuhi syarat-syarat restorasi. “Jadi tidak boleh menggunakan kapal sembarang kapal, tidak boleh dicampur dengan angkutan barang lainnya,” terang Ibrahim.
Karena belum terbentuknya struktur pengangkutan di daerah ini, maka menurut Ibrahim jika memang ada perusahaan ada yang memenuhi syarat maka angkutan ini menjadi lancar. “Kami pernah membicarakan hal ini dengan Dirje Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan,” katanya.
Sedangkan untuk quota BBM, Ibrahim menjelaskan bahwa quota yang ditetapkan DPR dan Pemerintah untuk tahun 2011 sebesar 38,5 juta Kilo liter. Jumlah ini dibagi menjadi quota-quota tingkat kabupaten sebagai basis perencanaan.
“Sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk sektor laut tidak terlihat. Saat ini sedang dilakukan per kabupaten dan kita akan melihat segmen-segmen masyarakat tertentu yang ada di kabupaten tertentu belum tentu ada di kabupaten lain. Sehingga kita bisa menyiapkan kebutuhan BBM sesuai dengan kebutuhannya,” terangnya.
Ibrahim menyampaikan bahwa angka-angka iini dipantau tiap minggu dan tiap bulannya dari setiap kabupaten di seluruh Indonesia. Hal ini agar tepat sasaran dan tepat jumlahnya. Dan jika disuatu kabupaten ada transportasi lautnya, pemerintah akan konsiden untuk menjadikan subyek kebutuhan disana
Sedangkan Ketua Tim Kunker Komisi VII DPR Teuku Riefky Harsya menambahkan bahwa subsidi khusus untuk pulau-pulau terluar menjadi masukan bagi DPR.
Riefky menginformasikan bahwa di Komisi VII DPR saat ini sedang membahas subsidi khusus bagi nelayan. Dan beberapa kali Anggota Komisi VII DPR melakukan kunjungan ke SPBN-SPBN untuk melihat langsung kondisi riil, karena permasalahan nelayan ini banyak yang terlupakan dan tertinggal dari kebijakan pendistribusian BBM nasional. (sc)